Pages

7 Okt 2009

rasakan kesempurnaan kebahagiaan


"mendekatlah pada-Nya, maka kamu akan merasakan kesempurnaan kebahagiaan"

dalam jaman yang sanat rumit ini banyak orang yang berusaha mencari dimana kbahagiaan berada. banyak cara untuk mengejar sebuah kebahagiaan, dari kumpul kebo, tempat hiburan, minuman keras hingga narkoba. yang lebih unik (parah) ada kelompok orang yang menikmati bagaimana tersiksanya orang lain (sadomasokis). suatu ketika aku kehilangan kepercayaan dimana Tuhan tidak pernah ada dalam kamus hidupku, dan Tuhan-ku adalah putaw, disana aku menikuti segala alur dari dunia yag indah menurutku, dimana dengan-nya aku merasa sebagai seorang yang paling dicintai.

"cinta" oran bilang itu TAI (kotoran), tapi menurutku hal itu yang membuat aku bertahan dalam setiap langkah dan ku dapat cinta hanya dari putaw, degan Putaw aku mengerti bahwa hidupku indah, hiduku berarti karna aku bahagia. tapi, tanpa disadari aku hidup semakin jauh dari Cahaya, aku berjalan perlahan kearah yang gelap, gelap dan semakin gelap. segala yang aku rasakan perlahan menjadi hampa dan aku terus percaya bahwa hanya Putaw-lah yang membuat aku bahagia diantara segala yang ada dari hidup ini. perjalanan ini terhenti ketika aku beretemu seorang pengemis dipinggir jalan yang hampir seharian duduk disebelahku. aku merasa aku tidak berbeda dengan dia. aku hanya duduk dan tertawa tana melakukan apapun, seakan aku mengharapkan belas kasihan seperti pengemis itu. sesaat aku terdiam dan melihat ke arahnya, ternyata pengemis itu memiliki arti yang jauh lebih berati dari pada aku.

perlahan aku medekat dan sedikit mengamatinya, dari pukul 7 pagi hingga 7 malam aku duduk disampingnya dan kulihat dia tidak mengeluh, tidak memakan apapun tidak minum setetes air pun. dia hanya duduk terdiam tanpa menggerakkan jari, tanpa meoleh, tanpa bicara, tidak ada sepatah katapun yang dia ucapkan. sempat terbesit dalam pikranku bahwa dia bisu, tapi saat ku semakin mendekat dia tiba-tiba memandangku dan berkata dalam bahasa jawa "le, bali'o bapakmu ngenteni, ibumu ngarep-arep" kurang lebih artinya adalah "nak, pulanglah, ayahmu menunggu, ibumu mengharapkanmu". selesai dia berucap dia menatap kedua mataku dan detik itu juga aku menitikkan air mata dengan terus memandangnya. pengemis itu berdiri dan pergi tanpa melepaskan pandangannya, sesaat aku melihat wajah Tuhan-ku, bukan lagi putaw tapi sesosok manusia yang pernah kulihat dalam gereka, wajahnya sungguh menyilaukan hingga aku hanya melihat sebuah cahaya dan tiba-tiba pengemis itu tidak ada lagi dihadapanku.entah kemana dia pergi.

aku berjalan kaki lunglai dan lemas serta masih berpikir siapa pengemis itu. aku berjalan melewati sebuah gereja katolik, yang beberapa tahun sudah tak pernah aku duduk di dalamnya, aku ingin masuk tapi aku malu, kupaksakan diri ini dan aku duduk di sebuah kolam, yang ada gua kecilnya dengan beberapa bunga teratai. didalam gua itu ada patung Bunda Maria, yang nampak samar karena hanya cahaya lilin yang ada di mulut gua itu. aku duduk dan mencoba menaatap, tapi aku merasa malu. di depan gua itu aku terdiam berjam-jam. hingga seorang bapak enjaga gereja brkata, "uda malam, nanti dcari orang tuamu" kali mat itu mengingatkan aku pada kata-kata pengemis tua. aku tergugah dan berlari pulang.

setibanya dirumah, aku melihat ibuku berdoa didepan salib den lilin, sedang ayahku sedang bekerja. itu pukul 3 pagi. tak ada yang menghiraukanku. aku menatap mereka tanpa kata. selesai berdoa ibuku memberika aku sebuah kalung salib dengan menangis dan ayahku hanya menatap, matanya seolah berkata, nak, kapan kamu tau bahwa kami mencintaimu. sesaat aku beranjak ke kamar mandi, mencelupkan teluruh tubuhku dalam bak mandi dan menahan napas didalamnya. aku teringat apa yang kulalui hari itu, aku bukanlah orang yang berguna dihari itu. aku menagis dan berkata dialam air "aku buka manusia". aku membersihkan diri dan pergi kekgereja pagi itu, pukul 5 pagi aku di depan gereja dan 6.30 pagi aku masuk, duduk dan diam. aku lupa segala do'a yang pernah kuucapkan. saat nya tiba, saat Komuni, aku hanya duduk dan tidak mau menerima-Nya. hingga seorang Suster yang duduk disebelahku memegang pundakku dan berkata " setiap orang pantas untuk bersatu bersama-Nya, mari.... "

aku pun beranjak dan menerimanya, sejak itu aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan. ak sadar tanpa Dia aku hanyalah mahluk yang tak berarti. setelah menerima "Tubuh Kristus" aku merasakan betapa bahaianya aku. selesai Misa Ekaristi di gereja, suster tadi mengajakku ke kolam yang sebelumnya aku duduk, dia menyodori sebuah alkitab dan aku diminta membaca "sibungsu yang hilang" aku sungguh merasa tersentuh dan terpanggil. aku tau dimana cinta sejatiku, Tuhan yang memberikannya. seakan aku merasa semua orang tau kondisiku, seakan semua orang yang kutemui tau siapa aku dan aku merasa malu.

pulanglah aku dalam pelukan Bapaku.... hanya kata itu yang terucap dari mulutku seusai membaca alkitab. aku mulai melangkah pulang kerumah dan kucium tangan kedua orang tuaku sambil menagis tanpa suara, dan kutemui kakaku dan mencium tanganku, sesungguhnya aku memohon ampun pada mereka. bahwa selama ini aku berdosa pada diriku sendiri.

dan aku bersumpah pada diriku sambil memegang sisa putawku... "aku tidak pernah mengenalmu dan tidak akan pernah lagi" aku kembali kepada-Nya dan hanya Dialah yang menunjukkan jalan kebahagiaanku. kubuang putaw itu, dan aku tidak pernah menggunakannya lagi walau aku sakau dan hampir mati.

sejak saat itu aku merasa lahir kembali bersama dengan keluargaku. dan sejak saat itu aku menganggap 23 Maret 2003 adalah hari kelahiranku bukan 7 juli 1988. dan sejak saat itu aku, Ignatius Adityas Agung Wicaksono tak pernah mengenal narkoba lagi.

kisahku ini ku bagi bersama kalian, sebuah muzizat dari Tuhan-ku