Pages

17 Mei 2012

Kenangan tertinggal, tentang koran.




Hay… apa kabar semua….
                Lama lagi aku ngga ngobrol disini… hah… kmrn maaf sedikit bokis tentang aku adalah wartawan… hhehehehe… aku bukan wartawan. Aku cari info buat ngembangin progam marketingku hehehehe. Maaf uda bo’ong. Ok, jujur, memang aku wajib liputan. Tp Cuma 2 minggu dan kusus untuk berita ekonomi bisnis hehehehe.. tapi di sisilain setiap malam aku mengembangkan data dan progam yang di buat sebelumnya oleh Jawa Pos Radar Magelang. Jadi jabatanku adalah manajer Marketing. Hahahahaha.. beneran ngga bokis… jangan pikir muluk-muluk manajer ya ngga bedalah, bagian dari industri.. tetep aja kaya pegawai lainnya.. semua have fun… Work…Work…Work….
                Ok itu pembukaanku, dari tulisan kacau balau ini.. hehehe.. aku pengen cerita tentang waktu aku kerja kemarin aja, setalah sering pindah kerja, sering kali aku mendapat lingkungan kerja yang aku suka, tapi seperti pekerjaan lain yang lingkungan kerjanya aku suka, ngga bertahan lama. Yah.. progam yang kubuat harus kandas, karena Radar Magelang -kami biasanya menyebutnya dengan RaMa- harus bergabung dengan Jawapos Radar Jogja karena persoalan internal… Ssssstttt…mau tau kenapa?? Rahasia donk… mau tau aja dee ah….
                Hehehehe bukan masalah nyamannya lingkungan kerjaku, tapi baru pertamakali aku punya pemimpin yang bisa mendengar saran anak buahnya dengan baik, mempertimbangkan saran tersebut hingga mengajari menjadi seorang pemimpin dengan contoh. Jangan bilang ma Pak. Hakim ya… dia sering bilang “jancuk” kl lagi kesel liat koran yang terbit cetaknya jelek atau ada kesalahan redaksi, wartawan, ataupun lay out.
Ya pimpinanku saat itu adalah M. Khakim Kaserat, biasanya di panggil dengan Pak. Hakim. Ada pengalaman menarik yang mungkin bisa aku share dengan kalian. Pernah suatu ketika progam marketing yang ku buat sudah sangat perfect dari segi konsep. Tapi, karena pengetahuan soal cetakan koranku masi ngga ada kala itu, eksekusi cetaknya jelek dan banyak kesalahan. Hal tersebut membuat Pak. Hakim marah besar. Masih ingat aku P. Hakim bilang sambil marah-marah (tanpa membentak – tapi serem Sob-) gila ampe ngga brani ngomong yang lain selain.. “iya pak, maaf pak” terus berulang-ulang.
P. Hakim marah dan membuka perbincangan dengan “hari ini (12 maret 2012/ 09.15 wib) emosi liat koran, ngga ada yang bener” sumpah sob, hari itu korannya ancur bgt, uda cetaknya mbayang, ada iklan yang salah, berita ngga bagus, tayangan progam marketing perdana juga rusak (ngga kebaca). “kamu ngga profesional, kok bisa kaya giini tu knapa?? ,emosi liat koran hari ini, kamu harusnya ngawasi progam kamu, ngga maen bikin trus di tinggal gitu aja. Kalau hasilnya kaya gini mendingan ngga usah buat progam aja” lanjutnya. Nah, saat di marahin ya aku Cuma bisa bilang “iya pak, maaf pak” ngga ada yang laen, tapi ucapan itu ngga membuatku marah, walauopun malam sebelumnya aku mengawasi progamku saat di lay out.
pasukan Radar Magelang Jawa Pos Group - tengah -kumisan - Justin- tersenyum dengan kumis menggoda
                Selain ngga buat aku marah, kalimat itu tanpa aku sadari membuat aku semakin semangat dan semakin teliti. Lalu saat pak Hakim selesai marah, aku langsung memunculkan solusi. Lalu aku masuk keruanganku, dan diskusi dengan lay out-ernya (namanya Kukuh, seorang bujang ceria, sopan dan baik hati, 31 tahun) hehehehe aku promoin mas… hehehehe. Langsung deh bikin revisi dari solusi, lalu mencari-cari pemasalahan pokoknya knapa progam tersebut jadi tidak terbaca. Progam berikutnya tidak lagi ada kesalahan. Itu satu yang aku suka dari pak Hakim.
                Lalu jauh setelah itu, ada beberapa progam yang udah deal dengan beberapa perusahaan, satu hari aku baru pulang negosiasi dengan komunitas dan beberapa perusahaan, aku bawa kabar baik untuk Pak. Hakim. Saat dikantor pagi itu, aku masih inget itu hari Sabtu, dan aku di beri kabar buruk oleh P. Hakim.
                Saat itu aku lagi ngobrol ma mba Siwi (Manajer Keuangan) tentang kabar baik sam bil bercanda, baru pembukaannya saja. Tiba-tiba pak Hakim dateng dengan air muka (hahahai… istilah baru artinya wajah/mimik muka.. bukanmimik susu tiiiittt Nona lho.. wkwkwkwkw) amat sangat kusam dan sedih sekali. Sambi berjalan, “Adit, Siwi, sini masuk”, katanya. Tuntas aku dan mba siwi bergegas masuk, (hayo tebak masuk mana?? Hahahahaha) sebelum aku sempat duduk, “sudah ada kepastiannya, kita ditutup”, tegasnya. Saat itu pak Hakim jelas sangat menahan tangis, mbak siwi juga langsung meneteskan air mata. Aku pun hanya bisa tersenyum, senyum pesimis, berharap itu berita bohong. “ini beneran dit, sudah pasti”, semakin tegas P. Hakim menjelaskannya. Saat itu suasana ceria berbalik menjadi isak tangis, jantung berdegub sangat kencang, ketegangan, keputus asaan dan yang paling berat adalah “kalian jangan bilang siapapun, kita harus tetep terbit”, semangat akan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin buat jantung serasa ada ribuan kuda berlari didalamnya.  Itu kedua yang aku suka dari pimpinanku. Buat semangatku muncul kembali (bukan untuk memperjuangkan agar tidak di tutup) tapi untuk ngerjain skripsi hehehehe… weeiitt.. bukannya aku putus asa, tapi aku realistis, ngga ada yang bisa aku kerjain, progam ngga bisa jalan, nambah penjualan juga percuma, wong ya Cuma mau di tutup.
                Masa berat untuk terus diam adalah masa yang paling berat, apa lagi saat itu pacarku baru sibuk-sibuknya, semua kujalani dengan persaan tertekan, ngga brani ketemu orang kantor, apa lagi wartawan senior yang namanya Siorjul Munir yang slalu bersemangat dengan mendukung progam-progam yang kubuat serta mas Dani Sudarsono yang, bersemngat terus memberikan pendapatan iklan terbesar untuk RaMa.  Ada juga maqnusia candi alias Niko Auglandy, penggemar candi yang super cuek ini juga temen ngobrol lembur dikantor, jarang pulang dia.
                Masa terdiam selama 2 minggu akhirnya terselesaikan saat pak Justin, pimpinan JPR datang dan menjelaskan bahwa semua teratasi dan RaMa tidak tutup hanya menjadi bagian dari Radar Jogja. Selain itu kabar gembira lainnya adalah semua karyawan terdistribusi dengan baik. Beberapa hari kemudian, omongan Justin Selaku Pimpinan tidak terbukti, hampir tidak ada yang terbukti, Cuma suara tong. Ternyata pak Hakim, yang merupakan Senior kawakan di JP (jawa pos) telah menduganya, ini yang sangat aku suka darinya. P. Hakim sejak awal mendengar berita penutupan RaMa, sudah berusaha menghubungi teman-temannya untuk distribusi karyawannya. Bahkan, bukan hanya pada temannya, menurutku pak Hakim “menjual harga diri” untuk menghubungi tetangga kami demi karyawannya jangan sampai terlantar dan taukah kalian, setelah semua karyawan di distribusikan ke berbagai harian pagi lain, selain sesama JPR dan kompetitor, pak Hakim sendirilah yang menganggur. Bukan karena PHK, tapi karena menolah di pindah tugaskan di JP Radar Malang, Jawa Timur.
                Mungkin, itu hal bodoh, tapi menurutku, He is The Real Super Hero, dia tidak lagi peduli pada dirinya, tapi peduli pada bawahannya, dia tidak memikirkan keluarganya, tapi memikirkan bawahannya, dia seorang komandan yang tau bagaimana menjadi pemimpin yang baik.
                Mantan anak buahnya judga masih berusaha menghubungi pak Hakim, teman-teman juga sering memnanyakan kabarnya Pak. Hakim. Aku pun terkadang masih SMS ataupun chating dalam hati kami salut, dalam hati kami bangga, dalam hati kami sedih, tapi semua itu hanya dalam hati. Kami tentara yang sudah di gendong tandu dengan kepala terjontai dan mata menatap komandan kami tertangkap musuh.
                Ok… kok jadi sedih-sedihan sih.. hehehehe.. pernah suatu hari, aku dan teman-teman berkumpul, bernostaligia dan juga saling tukar kabar. Kami juga membiacarakan sedikit tentang pimpinan kami, sekarang dan entah sampai kapan, mungkin dalam hati ini pak Hakim masih pimpinanku. Kami sempat saling menceploskan isi hati, dan entah kenapa kami semua (bukan beberapa) berkata “kl pak Hakim jadi pindah, aku ikut pak Hakim.”   
                Segini dulu aja ya… mungkin ngga semua bisa kuceritain, tapi yah… ku harap bukan masalah, aku Cuma ingin share betapa senangnya aku punya pemimpin seperti M. Khakim Kaserat.